Tuesday, July 10, 2012

BERMAIN DAN SENI TARI AUD


NAMA                                  :  VITRIA HANDAYANI
KELAS                                    :  II A PAUD
NIM                                       :  091610040
MATA KULIAH                   :  BERMAIN DAN SENI TARI AUD
DOSEN PENGAMPU        :  KUSMINDARI TRIWATI, S.Sn
 

Pada hari jumat tanggal 21 mei  2010 dihalaman depan Gedung kesenian Taman Budaya, saya menyaksikan sebuah pagelaran seni  REVITALISASI KESENIAN HAMPIR PUNAH. Dengan seringnya kita menyaksikan suatu kesenian maka kita akan tahu dari mana kesenian tersebut berasal dan secara tidak langsung kita akan melestarikan suatu kesenian tradisional yang sudah hampir punah tersebut. Saya sangat senang di kota Pontianak masih sering mengadakan pagelaran kesenian kebudayaan yang ada di daerah Kalimantan Barat, karena dengan begitu kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat tidak akan punah dan akan menambah devisit daerah. Pada hari itu yang ditampilkan adalah TARI PEDANG- MUSIK SAPE’- TATTOO.
TARI PEDANG DAYAK MUALANG
Yang menarikan Pedang Dayak Mualang adalah Tumenggung Adat Dayak Mualang Dusun Merbang yang Bernama Edmundus Linggie yang berumur 68 tahun.
Tari Pedang pada masyarakat Dayak Mualang dahulu kala dikenal sebagai ritual Pemujaan Pedang sebelum seseorang akan pergi mengayao. Disini ceritanya Kayao atau memenggal kepala adalah suatu syarat bagi anak laki- laki yang beranjak dewasa apabila dia akan berumah tangga. Pada ritual ini diawali dengan suatu upacara adat yang dipimpin oleh ketua adat dengan memanggil roh- roh leluhur untuk memohon petunjuk dan memberikan kemudahan bagi sianak laki- laki yang akan pergi mengayao. Roh- roh  leluhur yang dipanggil tersebut adalah:
1.    Tuak Minai
2.    Tuak Klieng
3.    Tuak Labong
4.    Tuak Hijau
5.    Tuak Pungak
6.    Tuak Lajah
Di sini Tuak dalam bahasa Dayak Mualang artinya Panglima. Dengan memanggil roh- roh leluhur diharapkan dapat memberikan petunjuk yang baik yaitu melalui mimpi atau pertanda- pertanda lain seprti suara- suara burung( sengalang ). Setelah memanggil roh_ roh leluhur, kepala adat selanjutnya menaburkan beras kuning dan mulailah si anak laki- laki yang akan pergi mengayao tersebut melakukan pemujaan terhadap pedang.
Pertunjukan tarian diawali dengan menyembah pedang dan sianak laki- laki tersebut seolah- seolah dapat berkomunikasi dengan peangnya tersebut. Kemudian ia mengelilingi pedang sebanyak tiga kali dan selanjutnya mengambil pedang kemudian diikatkan dipinggang. Pada saat mengikat pedang ini sianak laki- laki melakukan gerakan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan langka pecah empat. Setelah pedang terikat gerakan semakin cepat dan gerakan semacam ini disebut  langka pecah dua belas. Gerakan kemudian diakhiri dengan mencabut pedang dan meletakkannya diatas bahu sambil memutarkannya kekiri dan kekanan. Gerakan pemujaan pedang ini diiringi dengan alat music yaitu dua buah Gong atau Ketawa dan dua buah Gendang atau Entibung. Mengenai pakaian yang digunakan oleh sianak laki- laki adalah pakaian adat terdiri dari topi atau ikat kepala, baju maram, cawat sirat dan gelang giring. Setelah semua rangkaian ritual pemujaan pedang ini selesai, keesokan harinya sianak laki- laki ini harus segera berangkat, maka prosesi ritual harus diulang dari awal.
Saat ini, setelah kayao tidak lagi menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Dayak Mualang, pemujaan pedang tetap dilestarikan yaitu dalam bentuk seni tari yang dikenal dengan Tari Pedang. Gerakan dari awal hingga akhir tidak mengalami perubahan, hanya yang membedakan tarian ini tidak diawali dengan upacara adat memanggil roh- roh leluhur. Apabila ada yang melakukan tarian Pedang dimulai dengan upacara adat, maka yang bersangkutan harus mengerjakan kayao. Jika tidak, roh- roh leluhur yang dipanggil akan marah dan diyakini dapat menimbulkan malapetaka. Yang disayangkan dalam tarian ini adalah yang menari kenapa bukan anak muda, yang seharusnya meneruskan kebudayaan seni tari tersebut.

MUSIK SAPE’
Sape atau dibaca sape’ atau yang biasa disebut dengan sampe atau dibaca sampe’ adalah salah satu jenis alat music tradisional yang dimiliki oleh masyarakat asli Dayak Pulau Kalimantan. Dayak Kayaan dan Kenyah yang sering disebut- sebut sebagai kelompok masyarakat pemilik awal dari jenis alat music tradisional sape’ ini. Kedua kelompok masyarakat ini, termasuk juga masyarakat punan, secara linguistic merupakan bagian dari sub kelompok Masyarakat Dayak yang lebih besar, yaitu masyarakat sub Kayaan.
Ada dua jenis sape’ yang dikenal dimasyarakat, terutama masyarakat Dayak Kapuas Hulu, yaitu Sape’ Kayaan dan Sape’ kenyah. Sape’ Kayaan umumnya memiliki ukuran bentuk yang lebih pendek dibanding dengan jenis sape’ Kenyah. Selain lebih pendek, bentuk badan sape’ Kayaan juga cenderung lebih lebar dibanding dengan dengan bentuk badan sape’ Kenyah dengan penggunaan jumlah dan jenis tali senar yang juga berbeda.
Jenis- jenis tali dawai pada jaman dahulu sebelum mereka mengenal tali nilon, string atau tali kawat rem motor, pada jenis sape’ Kanyaan misalnya mereka telah menggunakan dan mengkreasikan serat nenas atau bahkan jenis rotan tertentu untuk digunakan sebagai tali dawai pada alat music sape’. Pada jenis sape’ kayaan, jumlah tali dawai yang selama ini digunakan berjumlah dua senar. Sementara pada jenis sape’ kenyah, jumlahnya bervariasi. Sape’ sebenarnya dapat dimainkan sendiri, namun secara tradisi, alat music sape’ ini lebih banyak dimainkan secara bersama- sama dengan jenis alat music tradisional lainnya untuk mengiringi sebuah lagu dan tarian- tarian ritual. Apabila dimainkan sendirian, konon suara dari dawai sape’ ini akan membuat jiwa seperti berada diawang- awing ( alam ketinggian ). Bunyi setiap dentingnya yang tinggi seakan dapat mewakili suasana alam ketinggian yang sunyi sepi. Sementara jika dimainkan bersama- sama akan menambah unsure magisnya dari ritme setiap langkah- langkah tarian ritual yang dilakukan.
Pertunjukan musik sape’ pada malam itu penampilan yang pertama dimainkan oleh sekelompok ibu- ibu suku dayak dan penampilan yang kedua dimainkan oleh :
1.    Hironimus Uwang ( pemain dan pembuat sape’ ) di Desa Padua Mendalam.
2.    Gunung ( Tokoh tua, pemain dan pembuat sape’ ) di Desa Datah Dian, Pagung.
3.    Sageng, Pemain sape’ di Desa Datah Dian, Pagung.
4.    Lucia ( Ketua Sanggar Kayan ) dari Putussibau

MAKNA DAN TRADISI TATTO
Bagi masyarakat dayak, fungsi dan makna tatto secara tradisional secara umum adalah sebagai fungsi religi dan tradisi. Pada masyarakat Iban, khususnya masyarakat Iban Embaloh Hulu, istilah tatto ternyata lebih dikenal pada masyarakat Kayaan dan Kenyah. Para pengukir atau penato atau para pembuat tattonya sendiri kemudian juga dikenal sebagai pantang bukan penedak. Nama pantang ini erat kaitannya dengan profesi, cara dan nama alat yang digunakan dalam mengukir atau membuat tatto, yaitu sebuah kayu kecil sejenis pelaik yang pada bagian ujungnya dibelah untuk menjepit beberapa jarum atau duri yang berasal dari pohon tertentu dan berfungsi sebagai penusu kulit ari. Bahan pewarna alami yang digunakan dalam proses pengukiran ini tentunya hanya satu jenis warna, yaitu warna hitam yang diperoleh dari jelaga asap lampu pelita dengan bahan bakar tanah atau bahan bakar kayu alam yang dikumpulkan dengan menggunakan media jenis daun tertentu yang agak lebar.
Dalam masyarakat Iban, makna tatto berhubungan dengan simbolisasi pengalaman kemampuan seseorang dalam komunitasnya. Secara umum terdapat empat bentuk motif dari tatto yang biasa digunakan oleh masyarakat Iban saat ini, yaitu : motif bunga terung, motif buah andu, motif ketam dan motif kelingai.  

KESIMPULAN
Kekayaan dan keragaman seni budaya yang memiliki nilai, norma, dan fungsi, baik bagi masyarakat pendukungnya maupun masyarakat secara umum perlu terus dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan, pendangkalan isi maupun pengakuan dari pihak- pihak lain yang kurang bertanggung jawab. Maksud dan pelestarian seni budaya adalah untuk membuat nilai- nilai budaya tersebut tetap hidup dan terpakai dimasa kini dan yang akan datang.




BERMAIN DAN SENI TARI AUD


NAMA                                  :  VITRIA HANDAYANI
KELAS                                    :  II A PAUD
NIM                                       :  091610040
MATA KULIAH                   :  BERMAIN DAN SENI TARI AUD
DOSEN PENGAMPU        :  KUSMINDARI TRIWATI, S.Sn
 

Pada hari jumat tanggal 21 mei  2010 dihalaman depan Gedung kesenian Taman Budaya, saya menyaksikan sebuah pagelaran seni  REVITALISASI KESENIAN HAMPIR PUNAH. Dengan seringnya kita menyaksikan suatu kesenian maka kita akan tahu dari mana kesenian tersebut berasal dan secara tidak langsung kita akan melestarikan suatu kesenian tradisional yang sudah hampir punah tersebut. Saya sangat senang di kota Pontianak masih sering mengadakan pagelaran kesenian kebudayaan yang ada di daerah Kalimantan Barat, karena dengan begitu kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat tidak akan punah dan akan menambah devisit daerah. Pada hari itu yang ditampilkan adalah TARI PEDANG- MUSIK SAPE’- TATTOO.
TARI PEDANG DAYAK MUALANG
Yang menarikan Pedang Dayak Mualang adalah Tumenggung Adat Dayak Mualang Dusun Merbang yang Bernama Edmundus Linggie yang berumur 68 tahun.
Tari Pedang pada masyarakat Dayak Mualang dahulu kala dikenal sebagai ritual Pemujaan Pedang sebelum seseorang akan pergi mengayao. Disini ceritanya Kayao atau memenggal kepala adalah suatu syarat bagi anak laki- laki yang beranjak dewasa apabila dia akan berumah tangga. Pada ritual ini diawali dengan suatu upacara adat yang dipimpin oleh ketua adat dengan memanggil roh- roh leluhur untuk memohon petunjuk dan memberikan kemudahan bagi sianak laki- laki yang akan pergi mengayao. Roh- roh  leluhur yang dipanggil tersebut adalah:
1.    Tuak Minai
2.    Tuak Klieng
3.    Tuak Labong
4.    Tuak Hijau
5.    Tuak Pungak
6.    Tuak Lajah
Di sini Tuak dalam bahasa Dayak Mualang artinya Panglima. Dengan memanggil roh- roh leluhur diharapkan dapat memberikan petunjuk yang baik yaitu melalui mimpi atau pertanda- pertanda lain seprti suara- suara burung( sengalang ). Setelah memanggil roh_ roh leluhur, kepala adat selanjutnya menaburkan beras kuning dan mulailah si anak laki- laki yang akan pergi mengayao tersebut melakukan pemujaan terhadap pedang.
Pertunjukan tarian diawali dengan menyembah pedang dan sianak laki- laki tersebut seolah- seolah dapat berkomunikasi dengan peangnya tersebut. Kemudian ia mengelilingi pedang sebanyak tiga kali dan selanjutnya mengambil pedang kemudian diikatkan dipinggang. Pada saat mengikat pedang ini sianak laki- laki melakukan gerakan yang oleh masyarakat setempat disebut dengan langka pecah empat. Setelah pedang terikat gerakan semakin cepat dan gerakan semacam ini disebut  langka pecah dua belas. Gerakan kemudian diakhiri dengan mencabut pedang dan meletakkannya diatas bahu sambil memutarkannya kekiri dan kekanan. Gerakan pemujaan pedang ini diiringi dengan alat music yaitu dua buah Gong atau Ketawa dan dua buah Gendang atau Entibung. Mengenai pakaian yang digunakan oleh sianak laki- laki adalah pakaian adat terdiri dari topi atau ikat kepala, baju maram, cawat sirat dan gelang giring. Setelah semua rangkaian ritual pemujaan pedang ini selesai, keesokan harinya sianak laki- laki ini harus segera berangkat, maka prosesi ritual harus diulang dari awal.
Saat ini, setelah kayao tidak lagi menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Dayak Mualang, pemujaan pedang tetap dilestarikan yaitu dalam bentuk seni tari yang dikenal dengan Tari Pedang. Gerakan dari awal hingga akhir tidak mengalami perubahan, hanya yang membedakan tarian ini tidak diawali dengan upacara adat memanggil roh- roh leluhur. Apabila ada yang melakukan tarian Pedang dimulai dengan upacara adat, maka yang bersangkutan harus mengerjakan kayao. Jika tidak, roh- roh leluhur yang dipanggil akan marah dan diyakini dapat menimbulkan malapetaka. Yang disayangkan dalam tarian ini adalah yang menari kenapa bukan anak muda, yang seharusnya meneruskan kebudayaan seni tari tersebut.

MUSIK SAPE’
Sape atau dibaca sape’ atau yang biasa disebut dengan sampe atau dibaca sampe’ adalah salah satu jenis alat music tradisional yang dimiliki oleh masyarakat asli Dayak Pulau Kalimantan. Dayak Kayaan dan Kenyah yang sering disebut- sebut sebagai kelompok masyarakat pemilik awal dari jenis alat music tradisional sape’ ini. Kedua kelompok masyarakat ini, termasuk juga masyarakat punan, secara linguistic merupakan bagian dari sub kelompok Masyarakat Dayak yang lebih besar, yaitu masyarakat sub Kayaan.
Ada dua jenis sape’ yang dikenal dimasyarakat, terutama masyarakat Dayak Kapuas Hulu, yaitu Sape’ Kayaan dan Sape’ kenyah. Sape’ Kayaan umumnya memiliki ukuran bentuk yang lebih pendek dibanding dengan jenis sape’ Kenyah. Selain lebih pendek, bentuk badan sape’ Kayaan juga cenderung lebih lebar dibanding dengan dengan bentuk badan sape’ Kenyah dengan penggunaan jumlah dan jenis tali senar yang juga berbeda.
Jenis- jenis tali dawai pada jaman dahulu sebelum mereka mengenal tali nilon, string atau tali kawat rem motor, pada jenis sape’ Kanyaan misalnya mereka telah menggunakan dan mengkreasikan serat nenas atau bahkan jenis rotan tertentu untuk digunakan sebagai tali dawai pada alat music sape’. Pada jenis sape’ kayaan, jumlah tali dawai yang selama ini digunakan berjumlah dua senar. Sementara pada jenis sape’ kenyah, jumlahnya bervariasi. Sape’ sebenarnya dapat dimainkan sendiri, namun secara tradisi, alat music sape’ ini lebih banyak dimainkan secara bersama- sama dengan jenis alat music tradisional lainnya untuk mengiringi sebuah lagu dan tarian- tarian ritual. Apabila dimainkan sendirian, konon suara dari dawai sape’ ini akan membuat jiwa seperti berada diawang- awing ( alam ketinggian ). Bunyi setiap dentingnya yang tinggi seakan dapat mewakili suasana alam ketinggian yang sunyi sepi. Sementara jika dimainkan bersama- sama akan menambah unsure magisnya dari ritme setiap langkah- langkah tarian ritual yang dilakukan.
Pertunjukan musik sape’ pada malam itu penampilan yang pertama dimainkan oleh sekelompok ibu- ibu suku dayak dan penampilan yang kedua dimainkan oleh :
1.    Hironimus Uwang ( pemain dan pembuat sape’ ) di Desa Padua Mendalam.
2.    Gunung ( Tokoh tua, pemain dan pembuat sape’ ) di Desa Datah Dian, Pagung.
3.    Sageng, Pemain sape’ di Desa Datah Dian, Pagung.
4.    Lucia ( Ketua Sanggar Kayan ) dari Putussibau

MAKNA DAN TRADISI TATTO
Bagi masyarakat dayak, fungsi dan makna tatto secara tradisional secara umum adalah sebagai fungsi religi dan tradisi. Pada masyarakat Iban, khususnya masyarakat Iban Embaloh Hulu, istilah tatto ternyata lebih dikenal pada masyarakat Kayaan dan Kenyah. Para pengukir atau penato atau para pembuat tattonya sendiri kemudian juga dikenal sebagai pantang bukan penedak. Nama pantang ini erat kaitannya dengan profesi, cara dan nama alat yang digunakan dalam mengukir atau membuat tatto, yaitu sebuah kayu kecil sejenis pelaik yang pada bagian ujungnya dibelah untuk menjepit beberapa jarum atau duri yang berasal dari pohon tertentu dan berfungsi sebagai penusu kulit ari. Bahan pewarna alami yang digunakan dalam proses pengukiran ini tentunya hanya satu jenis warna, yaitu warna hitam yang diperoleh dari jelaga asap lampu pelita dengan bahan bakar tanah atau bahan bakar kayu alam yang dikumpulkan dengan menggunakan media jenis daun tertentu yang agak lebar.
Dalam masyarakat Iban, makna tatto berhubungan dengan simbolisasi pengalaman kemampuan seseorang dalam komunitasnya. Secara umum terdapat empat bentuk motif dari tatto yang biasa digunakan oleh masyarakat Iban saat ini, yaitu : motif bunga terung, motif buah andu, motif ketam dan motif kelingai.  

KESIMPULAN
Kekayaan dan keragaman seni budaya yang memiliki nilai, norma, dan fungsi, baik bagi masyarakat pendukungnya maupun masyarakat secara umum perlu terus dilestarikan agar tidak mengalami kepunahan, pendangkalan isi maupun pengakuan dari pihak- pihak lain yang kurang bertanggung jawab. Maksud dan pelestarian seni budaya adalah untuk membuat nilai- nilai budaya tersebut tetap hidup dan terpakai dimasa kini dan yang akan datang.




Pembelajaran Tematik


KATA PENGANTAR



Puji dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan karunia, taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas membuat makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Ibu Halida M.Pd,  dan rekan-rekan mahasiswa di Universitas Muhamadiyah  Pontianak Semester 6 jurusan PG-PAUD yang telah ikut bepartisipasi meluangkan waktu dan pikirannya.
Makalah ini disusun penulis sebagai tugas kelompok mata kuliah “PEMBENTUKAN KOPETENSI BELAJAR“. Jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis mohon masukan dan saran yang membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah ke depannya menjadi lebih baik.


Pontianak, 22 Mei 2012


              Penyusun



DAFTAR ISI



BAB III PENUTUP.. 15



BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
                Pendidikan di sekolah dasar kelas awal sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan uang Maha Esa.
                Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan anak hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain. Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan (expression), perasaannya dan berkreasi (creation). Selain itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat ia berada.
                Belajar dan bermain diaplikasikan dalam pendidikan di Sekolah Dasar kelas awal melalui pembelajaran tematik yang mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan dan merupakan model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.

1.2 Masalah

                Makalah tentang Pengelolaan dan Sumber Belajar Pembelajaran Tematik   ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1.     Bagaimana pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar kelas awal?
2.     Bagaimana sumber belajar dalam pembelajaran tematik ?
3.     Bagaimana bentuk pembelajaran tematik?
4.     Bagaimana prinsip dasar pembelajaran tematik?

1.3  Tujuan

 Tujuan umum pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Pembinaan Kompetensi Belajar”, sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
1.     Untuk mengetahui  pengelolaan pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas awal
2.     Untuk mengetahui sumber belajar yang digunakan pada Sekolah Dasar kelas awal
3.     Untuk mengetahui bentuk pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas awal
4.     Untuk mengetahui prinsip dasar pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas awal




               









BAB II

PENGELOLAAN DAN SUMBER BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK


2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik

a.     Istilah dan Pengertian
                Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema “Air’ dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.
                Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5)
                Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu dikemukakan oleh Humphreys, et al. (1981:11-12) bahwa:
“studi terpadu adalah studi dimana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari lingkungan mereka. Dia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi, ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni. Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari satu wilayah studi“.
                Dalam kerangka ini, terdapat berbagai tingkat integrasi, sebagaimana digambarkan oleh Palmer (1991:59), yang mendeskripsikan praktik-praktik sebagai berikut:
1)    Mengembangkan sub tujuan lintas kurikulum di dalam panduan kurikulum yang telah ada;
2)    Mengembangkan model pembelajaran yang mencakup aktivitas dan penilaian lintas kurikulum;
3)    Mengembangkan pengayaan dan peningkatan aktivitas dengan fokus lintas-kurikulum yang mencakup saran “kontak“ lintas-kurikulum di setiap tujuan;
4)    Mengembangkan aktivitas penilaian yang bersifat lintas-kurikulum, mencakup roda perencanaan sampel dalam seluruh panduan kurikulum.

                Secara umum kurikulum terpadu dapat didefinisikan sebagai pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Terdapat kepercayaan yang kuat diantara mereka yang mendukung integarasi kurikulum, bahwa sekolah harus memandang pendidikaan sebagai proses mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan di abad ke-21, bukan mata pelajaran diskrit yang dibagi-bagi dalam departemen-departemen yang berbeda. Dengan demikian secara umum, seluruh definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup:
1)       Kombinasi mata pelajaran;
2)       Penekanan pada proyek;
3)       Sumber di luar buku teks;
4)       Keterkaitan antar konsep;
5)       Unit-unit tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi;
6)       Jadwal yang fleksibel, dan
7)       Pengelompokkan siswa yang fleksibel (Indrawati, 2009:18-19)

2.2 Keuntungan Pembelajaran Tematik

                Pembelajaran tematik sebagai bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat dicapai (panduan KTSP, 2007:253)sebagai berikut:

1.       Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.
2.       Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.       Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.       Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5.       Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.       Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat mempelajari mata pelajaran lain.
7.       Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan materi.

2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik

                Sebagai bagian dari pembelajaran terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk (2001:109), pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
                Secara umum prinsip-prinsip pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: (1) prinsip penggalian tema; (2) prinsip pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi, dan (4) prinsip reaksi.

a.     Prinsip Penggalian Tema
                Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan, yaitu:
1)    Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;
2)    Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
3)    Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;
4)    Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;
5)    Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;
6)    Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)
7)    Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

b.     Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
                Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai  fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo (2000), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
1)    Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
2)    Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;
3)    Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

c.     Prinsip Evaluasi
                Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah positif antara lain:
1)    Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation / self assessment) disamping bentuk evaluasi lainnya;
2)    Guru perlu mnegajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

d.     Prinsip Reaksi
                Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan pembelajaran karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

2.4 Arti Penting Pembelajaran Tematik

                Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik, antara lain:
1.     Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

2.     Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsure-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangan perkembangan siswa yang masih melihat segal sesuatu sebagai kesatuan (holistic).

                Dengan pelaksaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa manfaat yaitu:
1)         Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
2)         Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat bukan tujuan akhir;
3)         Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah, dan
4)         Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

                Selain itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada bberapa alas an yang mendasarinya, antara lain:
a.         Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata pelajaran.
b.         Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir.
Proses pemahaman anak terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat tergantung pada pengetahuan yang sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri pemahaman terhadap konsep baru. Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru. Guru dan orang tua hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.          Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih bermakna kalau pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan untuk mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d.         Memberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri.
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah), keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
e.          Memperkuat kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
f.          Efisiensi waktu
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar. Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep sulit yang akan diajarkan.



Keterbatasan Pembelajaran Tematik
                Selain kelebihan yang dimiliki, pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banya menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja (Indrawati, 2009:24). Sementara Puskur Balitbang Diknas (2002:9), mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran tematis (jika digunakan di SMP atau SMA), antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
1)    Aspek guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akandiajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran tematik akan sulit terwujud.
2)    Aspek peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didikyang relatif  “baik“, baik dalamkemampuan akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan), kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menghubungkan). Bila kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran tematik ini sangat sulit dilaksanakan.
3)    Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat.
4)    Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

5)    Aspek penilaian
Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensip), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6)    Aspek suasana pembelajaran
Pembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

2.5 Sintaks  (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Tematik

                Sintaks pembelajaran tematik pada dasarnya mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model pembelajaran yang meliputi tuga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, maupun model pembelajaran berdasarkan masalah.
1.     Tahap perencanaan
a.     Menentukan jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini. Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (1991: 28), untuk jenis mata pelajaran sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan sosial, sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
b.     Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c.     Menentukan sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi, yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
d.     Merumuskan indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan meliputi: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang diharapkan), condition (media /alat) dan degree (jenjang/jumlah)
e.     Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2.     Tahap Pelaksanaan
                Prinsip-prinsip utama dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi:
a)    Guru hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran;
b)    Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;
c)     Guru perlu mengakomodatif  terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas (1996: 6).

3.     Tahap Evaluasi
                Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996 :6), hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a)    Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk lainnya.
b)    Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

2.6 Penggunaan Sumber Belajar

                Rasional perlunya penggunaan sumber belajar yang optimal dalam pendidikan adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam kesehariannya yaitu menyajikan pesan membimbing dan membina anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas. Berikut ini uraian bagaimana sumber belajar itu dapat digunakan oleh guru:
a.     Nara Sumber
                Guru dapat menggunakan nara sumber atau orang yang ahli dibidangnya untuk memperkaya wawasan anak dengan sara mengundang mereka untuk menceritakan keahliannya misalnya polisi, dokter, petugas pos, dan lain-lain. Untuk menggunakan nara sumber ini, guru hendaknya memahami prosedur yang berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang sesuai dengan prinsip pendidikan anak Sekolah Dasar kelas awal
b.     Lingkungan
                Guru dapat menggunakan lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar. Sumber bekajar yang alamiah dapat digunakan dengan efisien sesuai dengan prosedur yang berlaku.


c.     Media Cetak
                Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber belajar. Beberapa kriteria yang sebaiknya menjadi dasar pertimbangan dalam memilih buku adalah kriteria isi mencakup apakah isi sumber belajar relevan dengan program pendidikan yang berlaku, sistematika, isi, dan topik yang disajikan pembahasannya mudah dipahami, kompetensi pengarang dan penerbit,kemutahiran (currentness), dan lain-lain.
d.     Benda sebenarnya
                Contoh penggunaan benda sebenarnya misalnya ketika menjelaskan tumbuhan, yaitu bunga anak dapat mengamati bunga sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh mahkotanya, daun dan tangkai bunga sehingga anak lebih memahami melalui pengalaman nyata dengan lebih menyenangkan.
e.     Barang bekas
                Barang bekas sering kali luput dariperhatian kita, padahal dapat dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan pendidikan. Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas menjadi sumber belajar dapat membantu proses pendidikan dengan tidak terbatas. Barang bekas yang banyak berserakan di sekitar kita diantaranya kertas, kotak permen, bekas kemasan, dan lain-lain. Contohnya botol bekas minuman kaleng dapat dikemas menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil untuk berlatih seni musik dan daya pendengaran anak.
f.      Model
                Guru dapatmenggunakan model tiruan seperti motor-motoran, mobil-mobilan, becak, dan lain-lain untuk membantu memberikan gambaran alat transportasi pada anak. Model ini cukup efektif digunakan untuk memberikan pengetahuan dan informasi pada anak.



  


BAB III

PENUTUP


3.1 Kesimpulan

                Pendidikan di sekolah dasar kelas awal sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
                Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran.
                Perlunya penggunaan sumber belajar yang optimal dalam pendidikan adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam kesehariannya yaitu menyajikan pesan membimbing dan membina anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas.

3.2 Saran

                Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta didik karena pembelajaran tematik ini dapat membuat kegiatan pembelajaran bagi siswa Sekolah Dasar kelas awal menjadi lebih bermakna, mudah dipahami dan diingat oleh siswa. Oleh karena itu, kreativitas guru dalam mengajar dan memilih sumber belajar yang tepat bagi siswanya.