KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan karunia, taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas membuat makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Ibu Halida M.Pd, dan rekan-rekan mahasiswa di Universitas
Muhamadiyah Pontianak Semester 6 jurusan
PG-PAUD yang telah ikut bepartisipasi meluangkan waktu dan pikirannya.
Makalah
ini disusun penulis sebagai tugas kelompok mata kuliah “PEMBENTUKAN KOPETENSI
BELAJAR“. Jika dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
maka penulis mohon masukan dan saran yang membangun dari pembaca agar dalam
pembuatan makalah ke depannya menjadi lebih baik.
Pontianak,
22 Mei 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
di sekolah dasar kelas awal sangat penting dilaksanakan sebagai dasar bagi
pembentukan kepribadian manusia secara utuh, yaitu untuk pembentukan karakter,
budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil, dan bertakwa kepada Tuhan uang
Maha Esa.
Perkembangan
anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di
masa depan. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik
sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu, upaya-upaya pengembangan
anak hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain. Hal ini karena
bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak
memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration),
menemukan (finding), mengekspresikan
(expression), perasaannya dan
berkreasi (creation). Selain itu,
bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup
serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat ia berada.
Belajar
dan bermain diaplikasikan dalam pendidikan di Sekolah Dasar kelas awal melalui
pembelajaran tematik yang mencakup pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman
implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa
untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan dan merupakan model pembelajaran
terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga
dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
1.2 Masalah
Makalah tentang Pengelolaan dan
Sumber Belajar Pembelajaran Tematik ini
dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengelolaan pembelajaran di Sekolah Dasar kelas awal?
2.
Bagaimana
sumber belajar dalam pembelajaran tematik ?
3.
Bagaimana
bentuk pembelajaran tematik?
4. Bagaimana
prinsip dasar pembelajaran tematik?
1.3 Tujuan
Tujuan umum pembuatan makalah ini untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Pembinaan Kompetensi Belajar”, sedangkan
tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah:
1.
Untuk
mengetahui pengelolaan pembelajaran tematik
di Sekolah Dasar kelas awal
2.
Untuk
mengetahui sumber belajar yang digunakan pada Sekolah Dasar kelas awal
3.
Untuk
mengetahui bentuk pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas awal
4.
Untuk
mengetahui prinsip dasar pembelajaran tematik di Sekolah Dasar kelas awal
BAB II
PENGELOLAAN DAN SUMBER BELAJAR PEMBELAJARAN TEMATIK
2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik
a. Istilah
dan Pengertian
Pembelajaran
tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema
tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
Sebagai contoh, tema “Air’ dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi,
kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang
studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan
keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang
sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan.
Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis model pembelajaran
terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa
(Depdiknas, 2006:5)
Definisi mendasar tentang kurikulum terpadu
dikemukakan oleh Humphreys, et al. (1981:11-12) bahwa:
“studi
terpadu adalah studi dimana para siswa dapat mengeksplorasi pengetahuan mereka
dalam berbagai mata pelajaran yang berkaitan dengan aspek-aspek tertentu dari
lingkungan mereka. Dia melihat pertautan antara kemanusiaan, seni komunikasi,
ilmu pengetahuan alam, matematika, studi sosial, musik, dan seni.
Keterampilan-keterampilan pengetahuan dikembangkan dan diterapkan di lebih dari
satu wilayah studi“.
Dalam kerangka ini, terdapat
berbagai tingkat integrasi, sebagaimana digambarkan oleh Palmer (1991:59), yang
mendeskripsikan praktik-praktik sebagai berikut:
1)
Mengembangkan
sub tujuan lintas kurikulum di dalam panduan kurikulum yang telah ada;
2)
Mengembangkan
model pembelajaran yang mencakup aktivitas dan penilaian lintas kurikulum;
3)
Mengembangkan
pengayaan dan peningkatan aktivitas dengan fokus lintas-kurikulum yang mencakup
saran “kontak“ lintas-kurikulum di setiap tujuan;
4)
Mengembangkan
aktivitas penilaian yang bersifat lintas-kurikulum, mencakup roda perencanaan
sampel dalam seluruh panduan kurikulum.
Secara umum kurikulum terpadu
dapat didefinisikan sebagai pendekatan edukasional yang mempersiapkan siswa
untuk menghadapi pembelajaran seumur hidup. Terdapat kepercayaan yang kuat
diantara mereka yang mendukung integarasi kurikulum, bahwa sekolah harus
memandang pendidikaan sebagai proses mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan
dalam kehidupan di abad ke-21, bukan mata pelajaran diskrit yang dibagi-bagi
dalam departemen-departemen yang berbeda. Dengan demikian secara umum, seluruh
definisi kurikulum terpadu atau kurikulum interdisipliner mencakup:
1)
Kombinasi
mata pelajaran;
2)
Penekanan
pada proyek;
3)
Sumber
di luar buku teks;
4)
Keterkaitan
antar konsep;
5)
Unit-unit
tematis sebagai prinsip-prinsip organisasi;
6)
Jadwal
yang fleksibel, dan
7)
Pengelompokkan
siswa yang fleksibel (Indrawati, 2009:18-19)
2.2 Keuntungan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagai
bagian daripada pembelajaran terpadu memiliki banyak keuntungan yang dapat
dicapai (panduan KTSP, 2007:253)sebagai berikut:
1.
Memudahkan
pemusatan perhatian pada satu tema tertentu.
2.
Siswa
mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar
isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.
Pemahaman
materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.
Kompetensi
dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain
dengan pengalaman pribadi siswa.
5.
Lebih
dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks
tema yang jelas.
6.
Siswa
lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan sekaligus dapat
mempelajari mata pelajaran lain.
7.
Guru
dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat
dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, dan waktu
selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan materi.
2.3 Prinsip Dasar Pembelajaran Tematik
Sebagai bagian dari pembelajaran
terpadu, maka pembelajaran tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya
pembelajaran terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk (2001:109), pembelajaran
terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa materi pelajaran.
Secara umum prinsip-prinsip
pembelajaran tematik dapat diklasifikasikan menjadi: (1) prinsip penggalian
tema; (2) prinsip pengelolaan pembelajaran; (3) prinsip evaluasi, dan (4)
prinsip reaksi.
a. Prinsip
Penggalian Tema
Prinsip penggalian merupakan
prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling
tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran.
Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa
persyaratan, yaitu:
1)
Tema
hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk
memadukan banyak mata pelajaran;
2)
Tema
harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan
bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;
3)
Tema
harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;
4)
Tema
dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;
5)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang
terjadi di dalam rentang waktu belajar;
6)
Tema
yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan
masyarakat (asas relevansi)
7)
Tema
yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.
b. Prinsip
Pengelolaan Pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat
optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses.
Artinya guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses
pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo (2000), bahwa dalam pengelolaan
pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
1) Guru
hendaknya jangan menjadi single actor
yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
2) Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok;
3) Guru
perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan
dalam perencanaan.
c.
Prinsip
Evaluasi
Evaluasi
pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat
diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam
melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa
langkah positif antara lain:
1) Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri (self evaluation / self assessment) disamping bentuk evaluasi
lainnya;
2) Guru
perlu mnegajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan criteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
d.
Prinsip
Reaksi
Dampak
pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum
tersentuh oleh guru dalam kegiatan pembelajaran karena itu guru dituntut agar
mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara
tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa
dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke
suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal
ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan
hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.
2.4 Arti Penting Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun
kompetensi peserta didik, antara lain:
1. Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman
langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep
yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah
dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Gestalt, termasuk
Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi
pada kebutuhan dan perkembangan anak.
2. Pembelajaran
tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu
(learning by doing). Oleh karena itu,
guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan
unsure-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan
konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga
siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan
penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena
sesuai dengan tahap perkembangan perkembangan siswa yang masih melihat segal
sesuatu sebagai kesatuan (holistic).
Dengan
pelaksaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan diperoleh beberapa
manfaat yaitu:
1)
Dengan menggabungkan beberapa kompetensi
dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi tumpang tindih materi
dapat dikurangi bahkan dihilangkan;
2)
Siswa mampu melihat hubungan-hubungan
yang bermakna sebab isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau
alat bukan tujuan akhir;
3)
Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa
akan mendapat pengertian mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah,
dan
4)
Dengan adanya pemaduan antar mata
pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.
Selain
itu, pembelajaran tematik juga memiliki arti penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada bberapa alas an yang mendasarinya, antara lain:
a.
Dunia anak adalah dunia nyata
Tingkat perkembangan
mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata. Dalam kehidupan sehari-hari
mereka tidak melihat mata pelajaran berdiri sendiri. Mereka melihat obyek atau
peristiwa yang di dalamnya memuat sejumlah konsep/materi beberapa mata
pelajaran.
b.
Proses pemahaman anak terhadap suatu
konsep dalam suatu peristiwa/obyek lebih terorganisir.
Proses pemahaman anak
terhadap suatu konsep dalam suatu obyek sangat tergantung pada pengetahuan yang
sudah dimiliki anak sebelumnya. Masing-masing anak selalu membangun sendiri
pemahaman terhadap konsep baru. Anak menjadi “arsitek” pembangun gagasan baru.
Guru dan orang tua hanya sebagai “fasilitator” atau mempermudah sehingga
peristiwa belajar dapat berlangsung. Anak dapat gagasan baru jika pengetahuan
yang disajikan selalu berkaitan dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya.
c.
Pembelajaran akan lebih bermakna
Pembelajaran akan lebih
bermakna kalau pelajaran yang sudah dipelajari siswa dapat dimanfaatkan untuk
mempelajari materi berikutnya. Pembelajaran terpadu sangat berpeluang untuk
memanfaatkan pengetahuan sebelumnya.
d.
Memberi peluang siswa untuk mengembangkan
kemampuan diri.
Pengajaran terpadu memberi peluang siswa untuk mengembangkan tiga ranah
sasaran pendidikan secara bersamaan. Ketiga ranah sasaran pendidikan itu
meliputi sikap (jujur, teliti, tekun, terbuka terhadap gagasan ilmiah),
keterampilan (memperoleh, memanfaatkan, dan memilih informasi, menggunakan
alat, bekerja sama, dan kepemimpinan), dan ranah kognitif (pengetahuan).
e.
Memperkuat
kemampuan yang diperoleh
Kemampuan yang diperoleh dari satu mata pelajaran akan saling memperkuat
kemampuan yang diperoleh dari mata pelajaran lain.
f.
Efisiensi
waktu
Guru dapat lebih menghemat waktu dalam menyusun persiapan mengajar.
Tidak hanya siswa, gurupun dapat belajar lebih bermakna terhadap konsep-konsep
sulit yang akan diajarkan.
Keterbatasan Pembelajaran Tematik
Selain kelebihan yang dimiliki,
pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan, terutama dalam pelaksanaanya,
yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banya menuntut guru
untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran
langsung saja (Indrawati, 2009:24). Sementara Puskur Balitbang Diknas (2002:9),
mengidentifikasi beberapa keterbatasan pembelajaran tematis (jika digunakan di
SMP atau SMA), antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek sebagai berikut:
1)
Aspek
guru
Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan
metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akandiajarkan dan banyak
membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak berfokus pada bidang kajian
tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran tematik akan sulit
terwujud.
2)
Aspek
peserta didik
Pembelajaran tematik menuntut kemampuan belajar peserta didikyang
relatif “baik“, baik dalamkemampuan
akademik maupun kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran
tematik menekankan pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menghubungkan). Bila
kondisi ini tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran tematik ini
sangat sulit dilaksanakan.
3)
Aspek
sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran tematik memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan
menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini
tidak terpenuhi, maka penerapan pembelajaran ini akan terhambat.
4)
Aspek
kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman
peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu
diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran
peserta didik.
5)
Aspek
penilaian
Pembelajaran tematik membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh
(komprehensip), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari
beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan ini, guru selain
dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan penilaian dan
pengukuran yang komprehensif, juga dituntut untuk berkoordinasi dengan guru
lain, bila materi pelajaran berasal dari guru yang berbeda.
6)
Aspek
suasana pembelajaran
Pembelajaran tematik berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang
kajian dan tenggelamnya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat
mengajarkan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau
mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan
latar belakang pendidikan guru itu sendiri.
2.5 Sintaks (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Tematik
Sintaks pembelajaran tematik
pada dasarnya mengikuti langkah-langkah pembelajaran terpadu. Secara umum
sintaks tersebut mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap model
pembelajaran yang meliputi tuga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan tahap evaluasi (Prabowo, 2000: 6). Berkaitan dengan itu maka
sintaks model pembelajaran tematik dapat direduksi dari berbagai model pembelajaran
seperti model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, maupun
model pembelajaran berdasarkan masalah.
1. Tahap
perencanaan
a.
Menentukan
jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal ini.
Seperti contoh diberikan oleh Fogarty (1991: 28), untuk jenis mata pelajaran
sosial dan bahasa dapat dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan
sosial, sedangkan untuk mata pelajaran sains dan matematika dapat dipadukan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
b.
Memilih
kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
Langkah ini akan mengarahkan guru untuk menentukan sub keterampilan dari
masing-masing keterampilan yang dapat diintegrasikan dalam suatu unit
pembelajaran.
c.
Menentukan
sub keterampilan yang dipadukan
Secara umum keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai meliputi
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan mengorganisasi,
yang masing-masing terdiri atas sub-sub keterampilan.
d.
Merumuskan
indikator hasil belajar
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub keterampilan yang telah dipilih
dirumuskan indikator. Setiap indikator dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan
meliputi: audience (peserta didik), behavior (perilaku yang diharapkan), condition (media /alat) dan degree (jenjang/jumlah)
e.
Menentukan
langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi guru untuk mengintegrasikan
setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap langkah pembelajaran.
2. Tahap
Pelaksanaan
Prinsip-prinsip utama dalam
pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi:
a)
Guru
hendaknya tidak menjadi single actor
yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran;
b)
Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerja sama kelompok;
c)
Guru
perlu mengakomodatif terhadap ide-ide
yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam proses perencanaan Depdiknas
(1996: 6).
3. Tahap
Evaluasi
Tahap
evaluasi dapat berupa evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi hasil
pembelajaran. Tahap evaluasi menurut Departemen Pendidikan Nasional (1996 :6),
hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
a)
Memberi
kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri disamping bentuk lainnya.
b)
Guru
perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah
dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
2.6 Penggunaan Sumber Belajar
Rasional perlunya penggunaan sumber belajar yang
optimal dalam pendidikan adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam
kesehariannya yaitu menyajikan pesan membimbing dan membina anak untuk mencapai
tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak dalam
waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas. Berikut ini uraian bagaimana
sumber belajar itu dapat digunakan oleh guru:
a. Nara
Sumber
Guru dapat menggunakan nara
sumber atau orang yang ahli dibidangnya untuk memperkaya wawasan anak dengan
sara mengundang mereka untuk menceritakan keahliannya misalnya polisi, dokter,
petugas pos, dan lain-lain. Untuk menggunakan nara sumber ini, guru hendaknya
memahami prosedur yang berlaku, terlatih untuk menyeleksi sumber-sumber yang
sesuai dengan prinsip pendidikan anak Sekolah Dasar kelas awal
b. Lingkungan
Guru dapat menggunakan
lingkungan yang terdekat dengan anak sebagai sumber belajar. Sumber bekajar
yang alamiah dapat digunakan dengan efisien sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
c. Media
Cetak
Buku mutlak digunakan oleh guru sebagai sumber
belajar. Beberapa kriteria yang sebaiknya menjadi dasar pertimbangan dalam
memilih buku adalah kriteria isi mencakup apakah isi sumber belajar relevan
dengan program pendidikan yang berlaku, sistematika, isi, dan topik yang
disajikan pembahasannya mudah dipahami, kompetensi pengarang dan
penerbit,kemutahiran (currentness),
dan lain-lain.
d. Benda
sebenarnya
Contoh penggunaan benda
sebenarnya misalnya ketika menjelaskan tumbuhan, yaitu bunga anak dapat
mengamati bunga sebenarnya, mencium harum wangi bunga, menyentuh mahkotanya,
daun dan tangkai bunga sehingga anak lebih memahami melalui pengalaman nyata
dengan lebih menyenangkan.
e. Barang
bekas
Barang bekas sering kali luput
dariperhatian kita, padahal dapat dimanfaatkan secara optimal dalam kegiatan
pendidikan. Kreativitas guru dalam menggunakan barang bekas menjadi sumber
belajar dapat membantu proses pendidikan dengan tidak terbatas. Barang bekas
yang banyak berserakan di sekitar kita diantaranya kertas, kotak permen, bekas
kemasan, dan lain-lain. Contohnya botol bekas minuman kaleng dapat dikemas
menjadi kaleng suara dengan bantuan kerikil untuk berlatih seni musik dan daya
pendengaran anak.
f. Model
Guru
dapatmenggunakan model tiruan seperti motor-motoran, mobil-mobilan, becak, dan
lain-lain untuk membantu memberikan gambaran alat transportasi pada anak. Model ini cukup efektif digunakan untuk memberikan
pengetahuan dan informasi pada anak.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan di sekolah dasar kelas awal sangat penting
dilaksanakan sebagai dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh,
yaitu untuk pembentukan karakter, budi pekerti luhur, cerdas, ceria, terampil,
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pembelajaran tematik dimaknai
sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran
tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu jenis model pembelajaran
terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata
pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Pembelajaran
terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang
beragam dari beberapa materi pelajaran.
Perlunya penggunaan sumber
belajar yang optimal dalam pendidikan adalah dikaitkan dengan tugas yang
diemban guru dalam kesehariannya yaitu menyajikan pesan membimbing dan membina
anak untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan semua aspek
perkembangan anak dalam waktu yang telah ditetapkan dan relatif terbatas.
3.2 Saran
Pembelajaran tematik sebagai
model pembelajaran memiliki arti penting dalam membangun kompetensi peserta
didik karena pembelajaran tematik ini dapat membuat kegiatan pembelajaran bagi
siswa Sekolah Dasar kelas awal menjadi lebih bermakna, mudah dipahami dan
diingat oleh siswa. Oleh karena itu, kreativitas guru dalam mengajar dan
memilih sumber belajar yang tepat bagi siswanya.
No comments:
Post a Comment