KATA PENGANTAR
Puji
dan syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
memberikan karunia, taufiq dan hidayah-Nya sehingga tugas membuat makalah ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu Ibu Ratna Sartika A, S.Psi, M.Si.PSi dan rekan-rekan mahasiswa di Universitas
Muhamadiyah Pontianak Semester 6 jurusan
PG-PAUD yang telah ikut berpartisipasi meluangkan waktu dan pikirannya.
Makalah
ini disusun penulis sebagai tugas individu mata kuliah Modifikasi Tingkah Laku. Jika dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, maka penulis mohon
masukan dan saran yang membangun dari pembaca agar dalam pembuatan makalah ke
depannya menjadi lebih baik.
Pontianak, Juli 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia dilahirkan dengan
segenap potensi dan seperangkat kemampuan dari Tuhan untuk dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan. Perilaku merupakan
salah satu perantara manusia untuk mencapai tujuan dalam memenuhi kebutuhan
manusia. Perilaku dalam psikologi, dipandang sebagai sesuatu yang dapat
diubah dan dapat dipelajari. Kelompok
behaviorisme menyatakan bahwa perilaku yang dipelajari (learned) dapat pula dihilangkan (unlearned). Perilaku
manusia sangat berbeda antara satu dengan lainnya. Perilaku itu sendiri adalah
suatu fungsi dari interaksi antara seseorang individu dengan lingkungannya.
Dilihat dari sifatnya, perbedaan perilaku manusia itu disebabkan karena
kemampuan, kebutuhan, cara berpikir untuk menentukan pilihan perilaku,
pengalaman, dan reaksi affektifnya berbeda satu sama lain.
Perilaku manusia adalah suatu fungsi dan interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Individu membawa kedalam tatanan organisasi, kemampuan,
kepercayaan, pribadi, penghargaan kebutuhan dan pengalaman masa lalunya.
Bagi individu yang mempunyai karaktristik yang berbeda satu sama lain
biasanya terdapat satu ketentuan-ketentuan atau pola perilaku yang menurut
khalayak merupakan perilaku baku yang harus diikuti oleh semua individu yang
tergabung dalam satu komunitas yang ditetapakan dalam peraturan . Jikalau
karakteristik orarganisasi maka akan terwujud perilaku individu dalam
organisasi. Oleh karena
itu penulis mencoba untuk membahas tentang perubahan perilaku seorang individu,
dalam hal ini penulis membahas tentang perubahan perilaku dengan teknik “Token Ekonomi”.
BAB II
LANDASAN TEORI
4. 2.1. Pengertian Modifikasi Perilaku
Modifikasi
perilaku dapat diartikan sebagai:
(1)
upaya,
proses, atau tindakan untuk mengubah perilaku,
(2) aplikasi prinsip-prinsip belajar yg teruji
secara sistematis untuk mengubah perilaku tidak adaptif menjadi perilaku
adaptif,
(3) penggunaan secara empiris
teknik-teknik perubahan perilaku untuk memperbaiki perilaku melalui penguatan
positif, penguatan negatif, dan hukuman, atau
(4) usaha untuk menerapkan
prinsip-prinsip proses belajar maupun prinsip-prinsip psikologi hasil
eksperimen pada manusia.
Dalam
pandangan kaum behavioristik aliran klasik, modifikasi perilaku dapat diartikan
sebagai penggunaan secara sistematik teknik kondisioning pada manusia untuk
menghasilkan perubahan frekuensi perilaku tertentu /mengontrol lingkungan
perilaku tersebut. Jika teknik kondisioning diterapkan secara ketat, dgn
stimulus, respon dan akibat konsekuensi diharapkan terbentuk perilaku lahiriah
yg diharapkan. Dalam pandangan aliran operan, modifikasi perilaku akan
terbentuk ketika penguat / pengukuh diberikan berupa reward / punishment.
Sedangkan dalam panangan aliran behavior analist, modifikasi perilaku
merupakan penerapan dari psikologi eksperimen seperti dalam laboratorium.
Proses, emosi, problema, prosedur, semua diukur. Pengubahan perilaku
dilaksanakan dengan rancangan eksperimen dibuat dengan cermat. Perilaku
dihitung secara cacah untuk mendaparkan data dasar. Variabel bebas
dimanipulasi, metode statistik digunakan untuk melihat perubahan perilaku,
pengulangan jika perlu dilakukan hingga terjadi perubahan perilaku secara
jelas.
Sedangkan dalam
pandangan para ahli, menurut Eysenk modifikasi Perilaku adalah upaya mengubah
perilaku dan emosi manusia dengan cara yg menguntungkan berdasarkan teori yg
modern dalam prinsip psikologi belajar. Menurut Wolpe, yaitu penerapan
prinsip-prinsip belajar yg telah teruji secara eksperimental untuk mengubah
perilaku yg tidak adaptif, dgn melemahkan atau menghilangkannya dan perilaku
adaptif ditimbulkan atau dikukuhkan. Sedangkan menurut Hana Panggabean,
modifikasi perilaku adalah penerapan dari teori Skinner, sering juga disebut
sebagai behavior therapy. Merupakan penerapan dari shaping (pembentukan TL
bertahap), penggunaan positive reinforcement secara selektif, dan extinction.
Modifikasi
perilaku sebagai salah satu metode dalam memberikan bantuan pada klien,
menerapkan metode yang berbeda. Martin dan Pear (2003) menyatakan modifikasi
perilaku tidak hanya sekedar terapi biasa yang mengandalkan pembicaraan
terapist kepada kliennya. Bedanya dengan psikoterapi, psikolog yang melakukan
modifikasi perilaku:
1. terlibat secara aktif dalam
mengkonstruksi ulang lingkungan kehidupan sehari-hari klien dalam rangka
memperkuat perilaku yang tepat.
2.
Seringkali
memberikan tugas atau pekerjaan rumah kepada klien untuk memfasilitasi
perubahan perilaku ini.
3. metode dan tahap demi tahapnya dapat
dibuat dengan jelas, sehinga orang lain dapat menggunakan dan menjalankan
program yang dibuat orang lain.
4. dapat dilakukan sendiri secara
perseorangan atau paling tidak dapat dilakukan oleh orang tua, guru, mentor
untuk membantu perubahan perilaku anak-anak atau bawahannya.
5. Selalu
berlandaskan pada prinsip belajar umum dan operant, khususnya conditioning dari
Pavlov.
6. menekankan bahwa pendekatan tertentu
cocok untuk perubahan perilaku tertentu pula.
7. melibatkan
semua pihak, klien, administrator, konsultan, dll.
5. 2.2.Pengertian Asesmen Modifikasi Tingkah Laku
1.
Pengertian
Asesmen Tingkah Laku
Asesmen tingkah laku merupakan alat
dalam modifikasi tingkah laku yang digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu apakah tingkah laku yang dimunculkan itu meningkat atau berkurang.
Secara khusus Martin dan Pear
(2003) mengemukakan bahwa asesmen tingkah laku meliputi proses pengumpulan dan
analisis terhadap data atau informasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
·
Mengidentifikasikan tingkah laku
target, yaitu tingkah laku yang menjadi sasaran.
·
Mengidentifikasikan penyebab-penyebab
munculnya tingkah laku tertentu
·
Menentukan metode intervensi yang
dilzakukan
·
Mengevaluasi hasil treatmen
Komponen utama dalam
asesmen yaitu;
·
Parameter/ukuran yang digunakan untuk
membandingkn fakta/data
·
Fakta/data yang diukur
·
Pengukur
·
Mekanisme/ prosedur pengukuran
Beberapa
prosedur yang biasa dilakukan untuk pengumpulan data, dapat dikelompokkan
kedalam tiga prosedur.
Prosedur pertama adalah
penilaian tidak langsung. Penilaian tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
mewawancarai orang-orang terdekat dengan klien, misalnya orang tua,
saudara-saudara klien, teman-teman, guru, dan orang-orang yang banyak
berhubungan dengannya. Sumber informasi lain yang dapat diminta datanya adalah
konselor profesional dari sekolah. Cara lain yang masuk kategori asesmen yang
tidak langsung ini adalah kuesioner yang didesain khusus seperti misalnya life
history, self report masalah cheklist, dan role play.
Prosedur kedua adalah
penilaian langsung pada klien, dilakukan dengan cara melakukan observasi
terhadap sampel tingkah laku yang diperlihatkan klien. Prosedur penilaian
langsung ini memberikan data yang akurat karena ditampilkan langsung oleh
klien, tetapi tentu saja kelemahannya adalah dari segi waktu yang harus
disediakan lebih banyak. Dalam prosedur penilaian langsung ini beberapa hal
yang menjadi sasaran untuk dinilai, adalah frekuensi dimunculkannya tingkah
laku tertentu, bagaimana pula dengan durasi munculnya tingkah laku tersebut,
intensitas, dan kualitas.
Prosedur ketiga, penilaian
eksperimen dilakukan dengan cara melakukan kontrol dengan situasi yang ada pada
klien (antecedent) untuk kemudian diamati tingkah laku apa yang akan
dimunculkan (consequence). Prosedur ini disebut juga dengan analisis
fungsional. Hal-hal yang direkam dalam prosedur pengambilan data ini adalah:
·
Topography; respon tertentu terhadap
satu stimulus
·
Frekuensi (seberapa sering tingkah laku
itu ditunjukkan atau dilakukan klien)
Frekuensi
menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode waktu tertentu,
misalnya berapa kali seorang anak autis melakukan kontak mata kepada orang lain
(misalnya teman sekelasnya) setiap lima menit selama belajar dikelas.
Frekuensi
cocok digunakan jika pengamatan tingkah laku dilaksanakan dengan periode waktu
yang sama dari sesi ke sesi, misalnya siswa diminta untuk membaca 20 kosa kata
selama 10 menit setiap hari, maka jumlah kosa kata yang dibaca dengan benar
selama 10 menit tersebut dapat menjadi variabel terikat. Pada contoh ini baik
jumlah kosa kata dan lamanya waktu untuk membaca 20 kosa kata tersebut konstan
yaitu 10 menit.
Frekuensi
juga dapat digunakan untuk mengukur variabel terikat dimana tingkah laku yang
diukur dapat terjadi dalam jumlah tak terbatas jika periode pengukurannya telah
ditetapkan secara konstan. Misalnya peneliti menghitung jumlah kosa kata verbal
yang dikeluarkan oleh anak tunagrahita selama kegiatan makan bersama dalam
periode waktu 15 menit.
·
Intensitas; pengukuran intensitas atau
kekuatan suatu respon
·
Stimulus kontrol; variabel tingkah laku
yang mendasari dan mengontrol munculnya suatu tingkah laku, sehingga digunakan
untuk menentukan tingkah laku tertentu yang terjadi pada suatu situasi tapi
tidak pada situasi lain.
·
Latency: waktu antara stimulus yang
diberikan dengan respon yang dilakukan
Quality:
kecendrungan apakah tingkah laku tersebut mempunyai nilai fungsional atau
tidak.
2.3. Teori Token Ekonomi
Pengertian token ekonomi
Token ekonomi adalah sebuah program dimana sekelompok
individu bisa mendapatkan token untuk beberapa tingkah laku yang diharapkan muncul, dan token yang
dihasilkan bisa ditukar dengan back up reinforcer. Token ekonomi di buat
berdasarkan prinsip conditioning
reinforcement. Conditioning reinforcement adalah stimulus yang tdak secara
langsung menguatkan tingkah laku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat
jika dipasangkan dengan reinforcer lain.
Dalam behaviour Modification: What it is and how to do it
oleh Garry martin dan Joseph Pear (1992) pada intinya token ekonomi dapat
digunakan sebagai penguat yang dapat
bertahan lama. , ada bebrapa keuntungan
1.
Karakteristik token ekonomi
Ada tiga karakteristik dasar yang dimiliki token ekonomi
sebagai suatu program dalam modifikasi tingkah laku, yaitu :
a.
Tingkah
laku yang akan diperkuat dipaparkan dengan jelas.
b.
Prosedur
yang digunakan adalah dengan memberikan reinforcing stimuli (token) saat
tingkah laku target muncul.
c.
Aturan
yang ada direncanakan untuk mengatur pertukaran token untuk setiap objek atau
peristiwa yang akan diperkuat.
2.
Langkah- langkah implementasi token
ekonomi
a.
Menentukan
tingkah laku target
Semakin reinforce individu kelompok yang akan dikenai token ekonomi, maka
akan semakin mudah menstandardisasikan aturan-aturan yang berlaku dalam token
ekonomi.
b.
Mencari
garis basal
Yakni memperoleh data sebelum melakukan penanganan, biasanya melalui
pengamatan selama dua minggu terhadap tingkah laku target. Sesudah program
dimulai, kita bisa membandingkan data dengan data yang dieroleh saat menentukan
garis basal, sehingga dapat menentukan efektivitas program.
c.
Memilih
back up reinforcer
Perlu diperhatikan bagaimana karakteristik peserta program dan apa saja
barang yang dibutuhkan. Barang yang menjadi pengukuh pendukung haruslah barang
yang dapat digunakan atau consumable. Perlu diperhatikan pula tempat
penyimpanan, dan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan program.
d.
Memilih
tipe token yang akan digunakan
Secara umum, tipe token haruslah menarik, ringan, mudah dipindahkan,
tahan lama, mudah dipegang, dan tidak mudah di palsukan. Beberapa contoh yaitu
stiker reinforce logam, koin, check-mark, poin, poker chip, stempel yang dicap
di buku, tanda bintang, kartu, dll.
e.
Mengidentifikasi sumber-sumber yang bisa membantu
Beberapa sumber yang bisa membantu adalah staf, relawan, mahasiswa,
residen, orang yang akan dikenai token itu sendiri.
f.
Memilih
lokasi yang tepat
Token dapat diberikan dimana saja, asal diberikan setelah tingkah laku
taget muncul.
g.
Menyiapkan
manual/pedoman token ekonomi pada klien dan staf.
3.
Prosedur spesifik dalam penerapan
program token ekonomi
a.
Perlu
diperhatikan bagaimana cara penyimpanan data , kertas data yang akan
dipergunakan, siapa dan bagaimana data itu akan dicatat.
b.
Siapa
yang akan memberikan pengukuh atau agen pengukuh (renforcing agent), dan utuk
tingkah laku apa
c.
Menentukan
jumlah token yang bisa didapat pada setiap tingkah laku. Pemberian token dapat
mulai dikurangi bila tingkah laku target telah terbentuk.
d.
Menyusun prosedur dan menentukanjumlah token untuk
memperoleh back up reinforce. Pada awal program, frekuensi penyediaan penguku
pendukung harus cukup tinggi, lalu berkurang secara bertahap.
e.
Berhati-hati
terhadap kemungkinan munculnya hukuman.
f.
Memastikan
bahwa tugas yang harus dilakukan staf sudah jelas, dan pemberian penguku pada
staf.
g.
Membuat
rencana untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan timbul
4.
Penerapan token ekonomi
·
Membantu
murid yang cacat didalam ruang kelas
·
Menangani
anak-anak dengan masalah antisosial
·
Treatment
untuk pecandu reinfor
·
Menurunkan
tingkat absent dan meningkatkan performa kerja
·
Mengurangi
tingkah laku agresif tahanan
·
Mengelola
tingkah laku anak dalam keluarga
5.
Keuntungan dan Kelemahan token ekonomi
Keuntungan token Ekonomi:
1.
Mereka dapat diberikan segera sesudah suatu perilaku yan diinginkan
terjadi dan dipertukarkan di waktu mendatang dengan backup reinforcers. Dengan
demikian mereka dapat dipakai untuk menjembatani penundaan yang sangat panjang
antara respon target dengan back up reinforcers, yang sangat penting ketika
situasinya tidak praktis/ mustahil untuk memberikan backup reinforcers sesudah
perilaku.
2.
Token mempermudah untuk mengatur penguat-penguat yang konsisten dan
efektif ketika menangani sekelompok individu.
Kelemahan Token ekonomi:
·
Kurangnya
pembentukan motivasi renforce, karena token merupakan dorongan dari luar diri.
·
Dibutuhkan
dana lebih banyak untuk penyediaan pengukuh pendukung/ back up reinforce
·
Adanya
beberapahambatan dari orang yang memberikan dan menerima token.
Bentuk
token ekonomi bermacam-macam, tidak harus berupa token tetapi dapat berupa
stiker, tanda bintang dan tanda penghargaan, point atau item lainnya.
BAB III
METODOLOGI
A.
METODE YANG DIGUNAKAN: TOKEN EKONOMI
Metode yan digunakan dalam tulisan ini adalah token ekonomi, metode ini
digunakan dikarenakan penulis ingin membuat sebuah program dimana individu bisa
mendapatkan token untuk beberapa tingkah
laku yang diharapkan muncul, dalam hal ini obejct penelitian berusaha
dirubah pola tidurnya dimana yang kesehariannya tidur ditemani orang tuanya
akan diubah pola tidurnya supaya dapat tidur sendiri. Conditioning
reinforcement adalah stimulus yang tdak secara langsung menguatkan tingkah
laku, namun stimulus tersebut bisa menjadi penguat jika dipasangkan dengan
reinforcer lain.
B.
SUBJEK/ IDENTITAS ANAK
1.
Nama
:
Radit Atha Ramadhan
2.
Tempat/ttl : Pontianak/ 29
September 2007
3.
Jenis
Kelamin :
laki-laki
4.
Anak
ke : Pertama dari 2 (dua)
bersaudara
5.
Nama
Ayah : Agus Hartanto,
SE, M.Sc
6.
Pekerjaan
Ayah : PNS
7.
Nama
Ibu : Vitria
Handayani
8.
Pekerjaan
Ibu : Rumah Tangga
C.
SETTING
Lokasi tempat tinggal anak di jalan Prof. M. Yamin gg.
Sederhana no 34 Kota Baru Pontianak. Suasana di lingkungan tempat tinggal anak yang
berupa model Rumah penduduk dengan tipe bentuk rumah yang berdekatan satu sama
lain dan saling berhadapan satu sama lain. Jumlah rumah di dalam gang masih
relatif sedikit dan belum terlalu padat. Lingkungan perumahan di lokasi
penelitian yang tergolong biasa-biasa saja. Komunitas di lingkungan penelitian
didominasi oleh anak-anak SMP dan SD sehingga lingkungan bergaul obyek
penelitian memiliki kecenderungan dengan anak-anak yang umurnya di atas.
D.
PERALATAN YANG DIGUNAKAN
Peralatan yang digunakan pada token ekonomi yang penulis
aplikasikan adalah dengan membuat kartu berbentuk bintang tersenyum, disini penulis
membuat kartu bintang tersenyum dikarenakan anak senang dengan gambar yang lucu
yang dapat menarik minat anak agar mau mengikuti treatment yang akan penulis
lakukan. Sedangkan hadiah yang akan diberikan adalah sebuah sepeda, disini penulis
memberikan sepeda di karenakan anak menginginkan sebuah sepeda.
E.
PROSEDUR PELAKSANAAN
2.
Base
line
a.
Pengamatan
hari ke1 anak masih tidur bersama eyang nya
b.
Pengamatan
hari ke 2 anak masih juga tidur bersama eyangnya
c.
Pengamatan
hari ke 3 walaupun eyang nya sudah meminta anak untuk tidur sendiri tetapi anak
masih saja tidak mau untuk tidur sendiri
d.
Pengamatan
hari ke 4 masih sama dengan hari-hari sebelumnya
e.
Pengamatan
hari ke 5 juga masih sama si anak belum juga mau tidur sendiri
3.
Fase
Treatment
a.
Hari
ke 1 anak dijelas kan agar mau tidur sendiri, seperti, yang ada pada rekaman
video
b.
Hari
ke 2 anak mulai tertarik dengan kesepakatan yang telah penulis berikan,
ternyata anak tersebut sudah mau berani untuk tidur sendiri, walaupun pada
awalnya sebelum anak tertidur, anak masih minta ditemani tetapi sesudah anak
tertidur penulis tidak menemani lagi dan paginya penulis memberikan tanda
bintang tersebut, dan anak sangat senang sekali.
c.
Hari
ke 3 masih sama dengan hari kedua sebelum tidur anak masih di temani dahulu
sampai anak tertidur
d.
Hari
ke 4 anak sudah mulai berani untuk masuk kamar sendiri walaupun anak meminta penulis
untuk masih berada di luar apabila anak mau tidur di kamarnya sendiri
e.
Hari
ke 5 juga masih sama dengan hari ke 4, tetapi penulis senang anak sedikit demi
sedikit sudah mau untuk tidur sendiri, walaupun penulis masih harus menunggu di
luar hingga anak tertidur.
4.
Fase
pasca treatment
Hasil dari pengamatan perubahan tingkah laku yang menjadi target adalah
menginginkan anak agar mau tidur sendiri, disini anak di biasakan tidur sendiri
karena umur anak sudah menginjak 5 tahun. Dengan melakukan treatment sedikit
demi sedikit anak mulai berubah. Sebelum treatment anak belum mau tidur
sendiri.
5.
Fase
evaluasi
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Berdasarkan
teknik dan prosedur pengolahan data yang telah dikemukakan. Berikut akan
dijelaskan analisis dari data hasil penelitian yang diperoleh. Dengan metode token ekonomi ketika dalam
situasi belajar atau intervensi selama waktu yang telah ditentukan, yaitu
sebelum mendapatkan perlakuan token ekonomi atau baseline dan ketika
mendapatkan perlakuan token ekonomi atau intervensi.
Langkah-langkah yang dapat diambil
dalam menganalisis data adalah sebagai berikut:
1.
Mendeskripsikan hasil pengamatan pada fase Baseline
2. Mencatat
hasil diskusi dengan obyek penelitian pada fase intervensi
3. Membuat tabel
perhitungan pada fase intervensi
4. Membuat analisis
dalam bentuk grafik sehingga dapat diketahui dengan jelas setiap perubahan
tingkah laku subjek dalam setiap fasenya secara keseluruhan.
Sebagaimana
telah diutarakan di atas, bahwa dalam penelitian ini ada dua tahapan pengukuran
yaitu fase baseline dan fase intervensi untuk lebih memperjelas gambaran
mengenai hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut:
4.1. Base Line
Baseline adalah
kondisi anak sebelum mendapat perlakuan token ekonomi, berdasarkan pengamatan pada fase
baseline dapat dideskripsikan dari hasil pengamatan selama 5 (lima) hari
penelitian dengan hasil sebagai berikut:
1.
Pengamatan
hari ke1 anak masih tidur bersama eyang nya
2.
Pengamatan
hari ke 2 anak masih juga tidur bersama eyangnya
3.
Pengamatan
hari ke 3 walaupun nenek obyek penelitian sudah meminta anak untuk tidur
sendiri tetapi anak masih saja tidak mau untuk tidur sendiri
4.
Pengamatan
hari ke 4 masih sama dengan hari-hari sebelumnya
5.
Pengamatan
hari ke 5 juga masih sama si anak belum juga mau tidur sendiri
Pada
kondisi baseline yang dilaksakan selama 5 kali pengamatan dan data yang
diperoleh dari lapangan untuk dijadikan data baseline-1 ini adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.1.
Pengamatan Hasil Baseline-1
Nama anak
Target
behavior
Kondisi
Tanggal
baseline-1
Durasi waktu
Pengamat
|
: Radit Atha
Ramadhan
: Membuat obyek Penelitian tidur
sendiri
: Melaksanakan Pembelajaran/ Intervensi
:
20-24 Juni 2012
:
10 menit/pengamatan
:
Vitria Handayani
|
|||||
|
Sesi/ Tanggal
|
Waktu
|
Durasi
|
|
||
|
Mulai
|
Akhir
|
(Menit)
|
|
||
|
1/
20 Juni 2012
|
20.10.00
|
20.20.00
|
10’
|
|
|
|
2/
21 Juni 2012
|
19.30.00
|
19.45.00
|
15’
|
|
|
|
3/
22 Juni 2012
|
20.30.00
|
20.40.00
|
10’
|
|
|
|
4/
23 juni 2012
|
20.15.00
|
20.35.00
|
20’
|
|
|
|
5/
24 Juni 2012
|
21.00.00
|
21.30.00
|
30’
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.2. Fase Intervensi
Data
hasil intervensi ini diperoleh ketika melakukan intervensi dengan melaksanakan
teknik
token ekonomi pada anak obyek penelitian dalam upaya untuk dapat tidur sendiri,
intervesi-1 ini dilaksanakan selama delapan (5) kali pertemuan. Data dan
analisis hasil Intervensi-1 untuk meningkatkan semangat anak untuk tidur
sendiri adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Pengamatan Hasil Intervensi-1
Nama anak
Target
behavior
Kondisi
Tanggal
intervensi-1
Durasi waktu
Pengamat
|
: Radit Atha
Ramadhan
: Membuat obyek Penelitian tidur
sendiri
: Melaksanakan Pembelajaran/ Intervensi
:
25-29 Juni 2012
:
30 menit/pengamatan
:
Vitria Handayani
|
|||||
|
Sesi/ Tanggal
|
Waktu
|
Durasi
|
|
||
|
Mulai
|
Akhir
|
(Menit)
|
|
||
|
1/
25 Juni 2012
|
20.00.00
|
20.30.00
|
30’
|
|
|
|
2/
26 Juni 2012
|
20.20.00
|
20.45.00
|
25’
|
|
|
|
3/
27 Juni 2012
|
20.30.00
|
21.10.00
|
40’
|
|
|
|
4/
28 juni 2012
|
20.15.00
|
20.45.00
|
30’
|
|
|
|
5/
29 Juni 2012
|
20.25.00
|
20.45.00
|
20’
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penjelasan Hasil intervensi terhadap obyek penelitian
selama 5 (lima) kali pertemuan dengan durasi per pertemuan selama 30 menit
adalah sebagai berikut:
1.
Pada
hari ke 1 anak dijelas kan agar mau tidur sendiri, seperti yang ada pada
rekaman video. Dengan dilakukan diskusi dengan obyek penelitian selama kurun
waktu 30 menit. Obyek penelitian masih belum bisa lansung untuk tidur sendiri.
2.
Hari
ke 2 anak mulai tertarik dengan kesepakatan yang telah penulis berikan,
ternyata anak tersebut sudah mau berani untuk tidur sendiri, walaupun pada
awalnya sebelum anak tertidur, anak masih minta ditemani tetapi sesudah anak
tertidur penulis tidak menemani lagi dan paginya penulis memberikan tanda
bintang tersebut, dan anak sangat senang sekali.
3.
Hari
ke 3 masih sama dengan hari kedua sebelum tidur anak masih di temani dahulu
sampai anak tertidur
4.
Hari
ke 4 anak sudah mulai berani untuk masuk kamar sendiri walaupun anak meminta
penulis untuk masih berada di luar apabila anak mau tidur di kamarnya sendiri
5.
Hari
ke 5 juga masih sama dengan hari ke 4, tetapi penulis senang anak sedikit demi
sedikit sudah mau untuk tidur sendiri, walaupun penulis masih harus menunggu di
luar hingga anak tertidur.
4.3. Fase Pasca treatment
Fase
Pasca treatment adalah kondisi setelah intervensi-1 atau bisa juga disebut evaluasi
dengan tidak memberikan penanganan teknik token ekonomi. Setelah intervensi-1
dan dilakukan fase treatment selama 2 kali pengamatan dengan durasi setiap
pengamatan adalah 10 menit dan diperoleh hasil pengamatan sebagai berikut:
Tabel 4.3.
Pengamatan Hasil Pasca Treatment
Nama anak
Target
behavior
Kondisi
Tanggal
intervensi-1
Durasi waktu
Pengamat
|
: Radit Atha
Ramadhan
: Membuat obyek Penelitian tidur
sendiri
: Melaksanakan Pembelajaran/ Intervensi
:
30 Juni s.d 1 Juli 2012
:
10 menit/pengamatan
:
Vitria Handayani
|
|||||
|
Sesi/ Tanggal
|
Waktu
|
Durasi
|
|
||
|
Mulai
|
Akhir
|
(Menit)
|
|
||
|
1/
30 Juni 2012
|
20.00.00
|
20.10.00
|
10’
|
|
|
|
2/ 1
Juli 2012
|
20.20.00
|
20.25.00
|
5’
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hasil dari pengamatan perubahan tingkah laku yang menjadi
target adalah anak sebagai obyek penelitin sudah mau tidur sendiri, sehingga anak
sudah biasa tidur sendiri karena umur anak sudah menginjak 5 tahun.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1.Simpulan
5.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
Muhibbin
Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung:P.T. Remaja Rosdakarya.
Sunardi 2010, Makalah: MODIFIKASI PERILAKU,
PLB FIP UPI, Jakarta
Sinaga AM, Hadiati S. 2001. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga Administrasi
Negara.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winkel WS.1996. Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
W. Gulo.
2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo
LAMPIRAN
Gambar 1. Durasi
Pengamatan Fase Baseline
Gambar 2. Durasi Penelitian
Fase Intervensi
Gambar 3. Capaian
Prestasi Sesudah Fase Intervensi
Betway Casino Mobile App - JtmHub
ReplyDeleteBetway Casino is a newly-announced, innovative online 서울특별 출장마사지 sports betting 경기도 출장안마 app that will have its name in the 목포 출장마사지 A comprehensive 김제 출장안마 overview of the mobile version 나주 출장마사지